Postingan

Agustus dan Rosemary

Gambar
Agustus hujan terus. Saya tidak menyangka cuaca Agustus tahun ini akan seperti ini. Dingin di pagi hari selama musim kemarau memang hal yang biasa di Bandung. Suhu pagi bisa di kisaran 17-20 derajat, lalu siang hari terik dengan suhu bisa tembus 28–30 derajat. Rentang yang cukup lebar. Itu yang saya ingat dari Agustus tahun-tahun sebelumnya.

Umak

Gambar
Umak berangkat pagi-pagi. Pukul enam, ketika kedua jarum jam bertaut lurus ke atas. Lurus seperti jalan hidup beliau. Umak pergi tanpa pesan, tanpa pertanda. Atau, barangkali, kitalah yang tak cukup waspada membacanya.

Gaza: Api yang Tak Padam

Gambar
  Menjelang tidur, saya memikirkan bagaimana Rahaf, Hosam, Karima, akan melewatkan waktu malam ini. Mereka baru saja tiba kembali di Gaza utara setelah pintu lintasan Netzarim akhirnya dibuka pada 26 Januari 2025. Mereka berjalan kaki sejauh tujuh kilometer sambil membawa beban berat barang-barang yang tersisa dari tenda pengungsian yang kelima di selatan.

Akhir adalah Sebuah Awal

Gambar
  Penghujung tahun ini akan menandai berakhirnya sebuah babak penting dalam perjalanan karier saya. Saya akan pensiun per 31 Desember 2024. Pensiun dari pekerjaan yang sudah saya geluti sejak 1994 (dengan jeda pada 2000-2010). 

Navigating the Cosmos: Exploring the Harmony Between Islam and Science

Gambar
In a captivating book discussion, Prof Nidhal Guessoum, PhD, and Dr Zainal Abidin Bagir delved into the intricate relationship between science and Islam. The conversation, sparked by Guessoum’s scientific background and a deep curiosity about the intersection of science and religion, unfolded as a journey through history, philosophy, and the challenges of harmonizing these seemingly disparate realms.

Tiga Penyair Membuka Jaktent

Gambar
  Semalam saya menghadiri acara pembukaan Jaktent. Acaranya berlangsung hanya selama satu jam, tapi sangat mengesankan. Mata acara penghujungnya adalah yang paling menarik. Setelah beberapa percakapan seremonial, tiga penyair tampil untuk membacakan puisi. Satu dari Palestina, Maya al Hayyat. Dua dari Indonesia, Aan Mansyur dan Rebecca Kezia.  Maya al Hayyat baca tiga puisi dalam bahasa Arab karyanya sendiri, dengan terjemahan inggris disorotkan ke layar besar di depan. Aan dan Becca masing-masing baca dua puisi karya penyair Palestina, yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Taufiq Ismail.  Jarang saya bisa merasa begitu terpukau menyaksikan sebuah penampilan pembacaan puisi. Puisi bahasa Arab meski terasa asing namun asyik didengar karena rima syairnya, panjang pendek kalimat dan baitnya, membuatnya mengalun seperti musik. Puisi terjemahan Taufiq Ismail berhasil menggali kekayaan daya ekspresi bahasa Indonesia, sehingga tak kalah piawai mendentingkan bunyi d...