i-Rambling

tak ada kejadian menarik di sekitar saya, begitu yang sering dikeluhkan orang ketika mereka ditanya mengapa sulit menulis diari. semua terlihat biasa, rutin, menjemukan. kejadian yang terus berulang, teramalkan dan tanpa kejutan. tapi ketika kita membaca tulisan orang lain tentang peristiwa sehari-hari mereka alami, tulisan itu terasa istimewa, kejadian yang diceritakannya terasa luar biasa. barangkali karena kita melihatnya dari sudut pandang orang luar. kejadian itu terjadi pada orang lain dan ternyata jika dilihat dari luar yang biasa tadi menjadi luar biasa. kalau demikian bukankah kejadian biasa dalam sudut pandang kita pun bisa jadi luar biasa dalam sudut pandang orang lain.

kejadian luar biasa seperti apa yang kita tunggu supaya bisa menulis? kelahiran bayi, wafatnya orangtua atau tokoh besar, musibah dan bencana alam, penemuan ilmiah dan pembunuhan? kejadian-kejadian seperti itu begitu jarang terjadi. kalau itu yang diandalkan sebagai bahan-bahan tulisan yang menarik, hal yang perlu dicatat dari kehseharian, sungguh surat kabar yang ada di dunia ini hanya akan berisi obituari dan daftar sumbangan.

kehidupan yang sepi juga bisa menciptakan diari yang menarik. may sarton, novelis dan penyair amerika tahun tujuh puluhan pernah melakukan eksperimen itu. dia hidup menyendiri dalam satu tahun dengan tujuan menuliskan catatan harian bagi hidup yang sepi itu. catatan tersebut terbit dalam bentuk buku berjudul, journal of a solitude. lintasan pikiran, apresiasi keindahan dan perubahan musim, masa lalu dan rencana-rencana masa depan adalah cerita yang paling sering muncul dalam catatannya.

pikiran kita tidak pernah kosong. menangkap dan mencatatnya betapa pun terasa sangat sederhana dan remeh adalah bentuk kebiasaan yang akan mengantar pada kemampuan menulis yang lebih baik. untuk menjadi penulis orang perlu bersikap lebih polos dan lugu untuk menganggap penting semua yang terlintas dalam pikirannya. itulah sumber yang paling dapat diandalkan untuk mendapatkan ide yang orisinal. anda mencoba menangkap ide dari kehidupan di luar diri anda, dari buku-buku, peristiwa dan cerita orang lain, nurani anda terusik dan terus mengugat, apakah ide itu cukup orisinal? anda ingin menemukan sesuatu yang unik, itu hany akan anda temukan dalam diri anda lewat pengasahan dan pembiasaan untuk berdialog dengan keheningan diri.

--

dua hari lalu saya bicara dengan teta di telepon. teta bercerita tentang sulitnya mencarikan sekolah tk yang bagus untuk ilham, tentang mahalnya biaya sekolah bahkan untuk anak taman kanak-kanak. sudah mahal, pendidikannya pun lwbih banyak menekankan pada soal menghapal. datang untuk mendaftar, maka sekolah-sekolah itu menunjukkan apa saja program dan target untuk anak didik. menghapal ayat ini itu dalam waktu sekian bulan, bisa membaca dan berhitung. sepertinya jumlah hapalan dan kemampuan baca tulis awal itu adalah ukuran paling penting bagi mereka untuk menunjukkan keunggulan sekolah. padahal menurut teta, untuk anak usia empat-lima tahun yang penting bukanlah menghapal, tetapi bermain dan berteman.

saya setuju dengan apa yang dikeluhkan teta. anak-anak gampang mengingat, otak mereka saat ini seperti spons yang siap menyerap apa saja yang datang kepada mereka. menghapal ayat-ayat al-quran dan bacaan shalat tidak perlu menjadi penekanan paling penting buat mereka di saat ini. cara yang digunakan pun tidak perlu dengan pengajaran yang terlalu kaku dan memaksa.

mereka akan mudah menangkap jika pelajaran itu diberikan dalam bentuk permainan, selain dapat merangsang otak secara lebih luas, permainan membuat belajar jadi kegiatan yang menyenangkan. sayangnya tidak banyak sekolah yang mengambil pendekatan seperti itu. apakah begitu sulit untuk menerobos cara lama yang sudah berlangsung bertahun-tahun.

mengingat keadaan sekolah yang seperti itu teta lantas berpikir apa sebaiknya anak-anak tidak usah dimasukkan ke tk. diantara kami berenam saudara, hanya rahma dan andy yang pernah masuk tk, yang lainnya dididik umak sampai usia enam-tujuh, langsung masuk sd dengan keterampilan yang setara dengan tamatan tk sekolahan.

saya pun pernah punya keraguan untuk menyerahkan anak dididik oleh sebuah sekolah. rasanya seperti menyerahkan anak masuk ke dalam lingkungan yang bisa meruntuhkan semua yang pernah kita ajarkan secara ideal dalam proses membesarkannya. saya khawatir dia akan mendapat pengaruh jelek, kehilangan kepercayaan pada orangtuanya dan meninggalkan nilai-nilai yang pernah saya tanamkan kepadanya. saya sering berpikir utnuk menyekolahkannya sendiri di rumah dalam program homeschooling.

tentu saja saya perlu membuat program yang cukup dekat dengan kurikulum sekolah, tapi dengan banyak tambahan yang menampung semua idealisme saya. misalnya saya akan sering membawanya ke tempat kerja para profesional, mengunjungi studio dan museum, praktik berbagai keterampilan, mengamati alam. just a dream.

Komentar

Populer

Khaled Hosseini: Membebaskan Emosi Melalui Novel

Tiga Penyair Membuka Jaktent

"Memento Vivere"