Rentetan tugas

Kuliah sudah berakhir. Lega rasanya, meskipun saya selalu bilang dua semester yang baru berlalu itu lebih terasa seperti "kuliah-kuliahan" saja. Sekarang hanya tersisa beberapa tugas, yang entah kapan akan bisa saya selesaikan. Makalah media literasi, terjemahan bab-bab dari buku Ray Pryterch, dua tugas kelompok dari Bu Ninis, dan yang paling gak niat untuk saya kerjakan: program pendidikan pemakai dari Bu Wina. O ya, satu lagi yang paling penting, proposal penelitian. Entah mana yang mesti saya prioritaskan.

Saya sering kali mengeluhkan ketidakmampuan saya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus. Bekerja paralel selalu pada akhirnya membuat saya menelantarkan pekerjaan yang saya anggap kurang mengasyikkan, lebih sulit, dan bisa ditunda. Pada akhirnya saya bakal menggarap hanya satu pekerjaan hingga tuntas, baru beralih pada pekerjaan lain. Maka kali ini pun saya tidak yakin akan bisa mengerjakan beberapa tugas sekaligus.

Saya mungkin bisa memulai dari proposal penelitian. Tema intelijen persaingan. Kalau saya mulai mengerjakan bab dua--kajian literatur dan penelitian terdahulu--rasanya saya bakal jadi cukup "ahli" untuk ngomong soal intelijen persaingan. Cukup berotoritas untuk menuliskan sebuah pengantar tentang itu. Tapi saya kira pengerjaan tugas satu ini akan menyerap seluruh perhatian saya sehingga, "tugas-tugas" kecil yang mendesak untuk segera dikumpulkan sebagai tugas UAS akan tertunda.

Saya mungkin bisa memulai dari makalah media literasi. Saya sudah mengumpulkan bahannya. Tapi libur panjang di pertengahan Mei ini membuat saya terlalu malas untuk membacanya. Padahal saya tidak bisa menulis dengan cukup meyakinkan kalau belum menguasai bahan tulisan. Saya hanya bisa menulis apa yang saya mengerti, begitu selalu saya katakan pada diri sendiri. Saya kira itu masih berlaku bahkan pada saat tenggat mendekat. Saya benci mengutip atau merangkum tanpa mengerti konteks, apalagi kalau ternyata bagian yang saya kutip itu malah jadi lepas dari konteks dan alur yang saya maksud.

Tugas menerjemahkan buku Ray sama sekali tidak menjadi masalah, kecuali soal waktu. Mengerjakannya di siang hari bakal diganggu habis oleh Rasyad. Mengerjakannya di malam hari, diganggu oleh kantuk. Prime time terlalu sayang untuk dihabiskan dengan mengerjakan tugas yang tak perlu banyak berpikir seperti ini. Prime time saya adalah sekitar pukul 8 hingga 10 malam. Atau pukul 9 hingga 11 pagi.

Dua tugas kelompok dari Bu Ninis saya ramalkan akan menjadi pekerjaan yang paling tertunda, karena kami pasti saling menunggu saja siapa yang akan menyelesaikan bagiannya paling duluan. Kita lihat saja nanti, kapan akhirnya tugas ini akan dikumpulkan. Petaka. Tapi kawan-kawan yang dibiayai beasiswa tentu akan segera mendesak agar tugas itu diselesaikan karena mereka perlu menyerahkan laporan nilai semester.

Begitulah. Saya terus memikirkan akan mulai darimana sehingga saya masih belum juga memulai satu pun. Saya mesti mencubit diri dan berkata, berhentilah kau berpikir dan mulailah bekerja. Memang benar. Biasanya begitu satu pekerjaan dimulai, keajaiban pun muncul. Yang dirasa sulit jadi mudah. Just do it.

Komentar

Populer

Khaled Hosseini: Membebaskan Emosi Melalui Novel

Tiga Penyair Membuka Jaktent

"Memento Vivere"