The Last Lecture


"Sebagian buku pantas untuk dikenang, sebagaimana sebagian lainnya pantas untuk dilupakan."

Ketika membaca The Last Lecture, beberapa kali saya terpaksa meletakkan buku untuk mengusap mata. Terutama pada bab-bab terakhir. Saat Randy menangis di kamar mandi memikirkan apa yang tidak akan dialami anak-anak bersamanya. Saat Jai naik panggung untuk merangkul Randy dan berbisik, "Tolong, jangan pergi." Saya biarkan diri tertegun beberapa saat merasakan sesuatu yang hangat di sudut mata, meski tengah berada di keramaian ruang tunggu dokter sepagi tadi.

Saya suka pengalaman membaca yang seperti itu. Yang bisa mengaduk segala macam perasaan, membuat tertawa dan menangis, mengirim kita ke tempat-tempat terjauh di bumi dan di hati. Yang menamatkannya memberi jejak pengalaman seolah nyata. Saya sendirilah yang sepertinya memiliki pasangan dengan kanker berfase metastasis itu. Atau sayalah yang sepertinya tercekam sepi mengingat jatah hidup yang diberitakan tinggal tiga bulan lagi.

Beberapa kutipan yang ingin saya kemas-dan-simpan dari buku ini:
- Tembok penghalang berdiri di sana karena alasan tertentu: memberi kita kesempatan untuk menunjukkan sekuat apa kita menginginkan sesuatu (h. 113)
- Entah bagaimana, dengan berlalunya waktu, dan tenggang waktu yang ditetapkan kehidupan, menyerah kalah menjadi pilihan yang benar. (h. 192)

Dan kejutan paling manis, pada halaman 272 saya bertemu sang Guru, melalui surat seseorang kepada Randy, kutipan lengkapnya:

Dia bercerita tentang Krishnamurti, seorang pemimpin spiritual India yang wafat pada 1986. Krishnamurti pernah ditanya apa yang paling tepat dikatakan kepada teman yang sebentar lagi meninggal. Dia menjawab: 'Katakan kepada teman Anda bahwa dalam kematiannya, ada bagian diri Anda yang mati dan pergi bersamanya. Ke mana pun dia pergi, Anda juga pergi. Dia tidak akan sendirian."

Komentar

Populer

Khaled Hosseini: Membebaskan Emosi Melalui Novel

Tiga Penyair Membuka Jaktent

"Memento Vivere"