Pepatah Gaya Hidup
Untuk Indonesia yang Kuat (Ligwina Hananto) |
Beberapa waktu lalu Koran Tempo Minggu menurunkan liputan tentang meningkatnya kebutuhan akan konsultan perencana keuangan keluarga di kalangan kelas menengah Indonesia. Tiga perencana keuangan yang dijadikan narasumber dalam laporan itu adalah Ligwina Hananto, Safir Senduk dan Adrian Maulana.
Salah satu hal menarik yang saya ingat dari rangkaian artikel di harian itu adalah pernyataan Ligwina Hananto bahwa kelas menengah Indonesia saat ini banyak yang "terjebak dalam gaya hidup." Mereka terlihat mapan dan makmur dari luar namun sesungguhnya keropos dari dalam karena tidak membuat perencanaan keuangan jangka panjang (biaya pendidikan anak, rencana pensiun, biaya kesehatan dan perjalanan wisata), serta memaksakan diri untuk mengikuti gaya hidup yang tak sesuai kemampuan keuangan mereka yang sesungguhnya. Mirip dengan gelembung yang mudah pecah.
Saran-saran dari perencana keuangan itu barangkali bukan hal yang terlalu baru, hanya aplikasinya pada kondisi masing-masing yang tampak baru dan sangat beragam: menabung secara teratur, berinvestasi walaupun sedikit-sedikit, ambil polis asuransi, dan hindari berutang. Kalau sangat terpaksa untuk mengambil kredit, cicilannya jangan lebih dari sepertiga penghasilan bulanan.
Sering kali pesan dan saran ini sudah terungkap melalui peribahasa dan pepatah lama seperti:
"Sedia payung sebelum hujan"
"Jangan mengukur baju orang lain di badan sendiri"
"Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian."
"Biar kalah membeli, asal menang memakai"
"Jangan besar pasak dari tiang"
The same old thing, the tried and true thing.
Komentar
Posting Komentar