Ini cerita yang tersisa dari acara liburan keluarga akhir tahun lalu ke Yogyakarta. Setelah kunjungan ke objek wisata yang lazim di kota gudeg ini--Prambanan, Malioboro, Kraton, Borobudur, Parangtritis--kami menyempatkan mampir ke Museum Affandi. Sebenarnya bukan direncanakan, tetapi karena jalan menuju Kaliurang siang itu teramat macet, menjelang perayaan malam pergantian tahun, kami memutuskan untuk putar balik.
"Ingin anak-anak mendapatkan nuansa lain dari wisata liburan," kata si ayah, maka kunjungan tanpa-rencana ke Museum Affandi pun mendapatkan konteks yang menyenangkan.
|
Bangunan khas Museum Affandi, nyaris ikonik
|
Sopir mobil sewaan itu, yang ternyata seorang asli Yogya pensiunan angkatan udara yang sehari-hari di Bandara Adisucipto, bercerita bahwa Museum Affandi dulu ramai pengunjung, bahkan banyaknya dari negeri asing, namun belakangan makin sepi.
Ada tiga galeri utama di dalam kompleks museum itu. Galeri pertama adalah bekas rumah tinggal Affandi. Berbentuk atap daun pisang dengan dominasi warna hijau muda, galeri ini menampilkan koleksi karya-karya Affandi yang kebanyakan bersifat pribadi, melukiskan interaksinya dengan keluarga, lukisan tentang ibu dan anaknya, Kartika. Ada patung yang menggambarkan Affandi bersama putrinya, foto-foto dokumentasi, kliping berita, serta mobil favoritnya Mitsubishi Galant 1976, dan dua buah sepeda.
|
Bangunan Galeri 1 menggunakan konsep daun pisang,
terlihat dari bentuk atapnya. |
|
Koleksi lukisan Galeri 1 kebanyakan bertema pribadi |
|
Mobil ini pernah mau dibeli oleh Mitsubishi, tetapi
pihak keluarga Affandi tidak berkenan menjualnya, dan menyimpannya
sebagai koleksi pribadi di Galeri 1 |
Galeri dua berisikan koleksi lukisan untuk dijual, dan sebagiannya merupakan karya pelukis-pelukis lain sahabat Affandi: Sudjojono, Hendra Gunawan, Barli, Mochtar Apin.
|
Suasana Galeri 2 lebih apik dan lega. Lukisan-lukisan di sini
lebih beragam dan menampilkan banyak lukisan bangunan.
|
Galeri tiga tampil lebih modern, tidak ditemukan lukisan gaya khas Affandi, tapi banyak menampilkan sketsa, karya-karya yang mungkin terbilang eksperimental menggunakan stempel dan pola-pola garis.
Selain ketiga galeri, ada juga sanggar lukis Gajah Wong, yang diambil dari nama sungai yang mengalir persis di sisi kiri museum.
|
Koleksi lukisan di dalam sanggar lukis Gajah Wong
|
|
Salah satu lukisan paling menarik di sanggar Gajah Wong |
Setelah berkeliling mengunjungi seluruh galeri dan bangunan lain dalam kompleks museum ini, ketemu bingkai tulisan tangan Affandi di dekat kafe yang terletak di bagian tengah kompleks. Sebuah pesan penting dari seorang pelukis yang terus berkarya hingga usia tua, menunjukkan kebenaran kata-katanya sendiri:
|
Akhirnya, pesan penting dari Eyang Affandi:
"Banyak bekerja supaya panjang umur." |
Komentar
Posting Komentar