Meninjau Pasar Hak Terjemahan di Cina dan Timur Tengah
Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mengikuti Publishing & Rights Conference di Kuala Lumpur. Acara yang digagas oleh asosiasi
penerbitan Malaysia ini menampilkan pembicara dari kalangan penerbit dan praktisi copyrights di
Shanghai, Lebanon, Frankfurt dan Singapura. Bagi saya yang paling menarik untuk
dicatat adalah presentasi Wuping Zhao dari Shanghai Translation Publishing
House dan Azza Tawil dari All Print Distributors and Publishers, Lebanon,
sebagaimana saya rangkumkan di bawah ini.
Pasar buku terjemahan
di Cina
Penerbitan buku terjemahan di Cina mulai tumbuh sejak 1970,
ketika Negara itu mengalami reformasi dan membukakan diri kepada dunia luar.
Namun dibandingkan dengan jumlah keseluruhan buku yang terbit setiap tahun,
buku terjemahan memang kecil, karena kendala sulitnya bagi negara asing untuk
memahami pemerintahan dan industri penerbitan di Cina.
Jumlah buku yang terbit di Cina bisa dibilang terbanyak di
dunia. Pada 2011, angkanya mencapai 7,7 miliar eksemplar, dengan jumlah judul tercatat
sampai 367 ribu. Empat persen dari jumlah itu adalah buku terjemahan, atau
sekitar 15 ribu judul per tahun.
Ada sekitar 580 penerbit milik pemerintah di Cina (bertempat
terutama di Beijing dan Shanghai), dan 10.000 penerbit swasta. Biro pemerintah
mengontrol dengan ketat barang cetakan,
sehingga penerbit harus melalui prosedur rumit dan panjang yang tak
terbayangkan bagi penerbit di negara-negara lain, misalnya: Penerjemahan hanya boleh dilakukan oleh penerbit tertentu; Penerbit swasta harus mendapatkan lisensi dari penerbit pemerintah untuk dapat
menerbitkan sebuah buku; Kontrak yang dibuat antara penerbit dengan agen atau
penerbit asing harus didaftarkan ke pemerintahan lokal sebelum mereka boleh
menerjemahkan dan menerbitkan.
Di Cina, judul terjemahan terbanyak berasal dari US, UK,
Jepang. Disusul oleh Prancis, Jerman dan Korea. Selain mainstream fiction dan bisnis, genre yang paling diminati adalah
buku pelajaran bahasa Inggris untuk semua level, dari anak hingga dewasa: buku-buku yang berorientasi
pendidikan. Ini ternyata ada kaitannya dengan kebijakan “satu keluarga, satu
anak” yang ditetapkan pemerintah Cina. Para orangtua memilih untuk berinvestasi
sebesar-besarnya pada pendidikan anak semata wayang mereka, demi mempersiapkan mereka masuk ke universitas terbaik di Amerika dan Eropa. Belajar bahasa asing adalah salah satu yang diutamakan.
Oplah rata-rata buku untuk cetak pertama tidak jauh beda
dengan kita: 5000 eksemplar. Untuk buku-buku best-seller international, penerbit-penerbit
biasanya mencetak minimum 30,000 eksemplar. Toko buku di seluruh Cina berjumlah
169.000 (9513 di antaranya milik pemerintah), dengan pemasukan dari penjualan
buku mencapai 46 miliar yuan.
Peluang pasar rights di Cina untuk negara-negara lain selain
yang disebut di atas belum cukup menjanjikan dalam atmosfer kontrol ketat dari
pemerintah dan keterbatasan minat masyarakatnya. Wuping menyarankan, penerbit
asing yang memiliki produk potensial dijual rightsnya ke Cina agar meminta audisi secara khusus ke
penerbit yang disasar. Cara itu lebih efektif daripada mengirimkan katalog
melalui agen/penerbit dan menghadiri pameran.
Pasar buku terjemahan
di Timteng
Pasar regional Arab memiliki kekhasan, di mana rights yang
dijual untuk wilayah ini berlaku untuk 22 negara berbahasa Arab sekaligus,
tidak terbatas pada satu negara saja sebagiaman yang lazim berlaku di
negara-negara kawasan lain.
Ada sekitar 1500 penerbit Arab, terutama berlokasi di
Lebanon dan Mesir. Total buku yang terbit setiap tahun sekitar 15.000 judul,
dengan terjemahan berkisar 30%. Oplah rata-rata cetak pertama 2000 eksemplar,
dan best-seller 10.000 eksemplar per tahun. Sebagian besar buku terjemahan
adalah buku teks, karena proyek penerjemahannya akan didanai oleh pemerintah,
sehingga banyak penerbit Arab yang mengandalkan buku pendidikan untuk meraih
keuntungan.
Masalah sensor juga cukup tidak bisa diabaikan di negara-negara
Arab, dengan ketentuan yang berbeda-beda antara satu negara dengan yang lain,
terutama untuk konten politik dan seksual. Peringkat negara-negara dengan
sensor terkuat: Saudi Arabia, Kuwait, Emirat Arab.
Penerbit Timur Tengah mengandalkan jalur penjualan terutama
melalui pameran buku (70%). Ada sedikitnya 15 pameran dalam setahun di seluruh
wilayah Arab, dan penerbit-penerbit berusaha untuk mengikuti seluruh pameran
itu untuk berjualan. Jenis genre yang banyak disukai pembaca Arab selain
Islamic studies: politic (Lebanon), novel (Saudi), sejarah dan filsafat (Irak).
Tapi di seluruh Negara, demand untuk buku anak terus meningkat.
Buku terjemahan yang paling diminati adalah literatur, fiksi
best-seller, bisnis, dan buku anak.
Pemerintah menyediakan dana penerjemahan buku ke dalam bahasa Arab di
pameran-pameran yang ingin menonjolkan diri sebagai ajang jual-beli rights,
misalnya Abu Dhabi Book Fair dan Sharjah Book Fair—untuk kontrak-kontrak yang
deal selama berlangsungnya pameran.
Hal menarik lainnya dalam kultur Timur Tengah yang bergolak
oleh berbagai pemberontakan dan revolusi akhir-akhir ini adalah munculnya
kelompok-kelompok penyair dan penulis yang mendokumentasikan peristiwa politik
melalui media komik, puisi dan prosa. Kebanyakan mereka mempublikasikan tulisan
dan karya melalui media online yang kemudian menarik perhatian penerbit, baik
lokal maupun asing. Di antaranya adalah novel grafis berjudul 18 Days karya
Ramy Hebeb di Mesir dan 40 Poems di Yaman.
Komentar
Posting Komentar