Mencari Alice di antara Buku Anak Indonesia
Karpet merah panjang bergambar kartu remi menyambut langkah-langkah
pengunjung memasuki arena Bologna Children’s Book Fair yang dibuka pada tanggal
30 Maret lalu. Tahun ini pameran buku anak terbesar dunia itu secara khusus
memberi tempat kepada perayaan 150 tahun buku Alice in Wonderland. Kartu-kartu remi itu salah satu penanda yang
diambil dari cuplikan adegan dalam buku karya Lewis Caroll yang pertama kali
diterbitkan pada 1865.
Karpet merah
perayaan Alice in Wonderland menyambut pengunjung Bologna Children’s Book Fair
|
Sebagai bagian dari persiapan menjadi Tamu Kehormatan pada Frankfurt Book Fair 2015, Indonesia ikut tampil sebagai peserta dalam pameran ini pada 30 Maret hingga 2 April 2015 lalu. Partisipasi ini merupakan kali pertama Indonesia menampilkan buku anak karya para penulisnya secara kolektif di ajang pameran Bologna. Sebagai negara terbesar keempat di dunia,
Indonesia masih belum banyak dikenal dari segi literatur dan karya para penulisnya. Kehadiran ini diharapkan dapat mengenalkan dunia internasional pada kekayaan ragam dan khazanah karya penulis dan ilustrator, serta penerbit buku anak Indonesia.
Indonesia masih belum banyak dikenal dari segi literatur dan karya para penulisnya. Kehadiran ini diharapkan dapat mengenalkan dunia internasional pada kekayaan ragam dan khazanah karya penulis dan ilustrator, serta penerbit buku anak Indonesia.
Pameran ilustrasi, salah satu ciri khas di pameran buku anak Bologna |
Sejak 1963, pameran buku anak di Bologna telah menjadi acara internasional penting bagi penerbit-penerbit. Diikuti oleh sekitar 1.200 peserta dari lebih dari 70 negara setiap tahunnya, Bologna Children’s Book Fair menjadi tempat berkumpul dan bertemunya para penulis, ilustrator, penerbit, agen, produser TV & Film, toko buku, pustakawan dan, belakangan ini, perwakilan dari industri digital. Mereka datang ke Bologna untuk membeli dan menjual hak cipta, mendapatkan relasi baru, mengembangkan lini bisnis baru dan mendiskusikan berbagai tren. Tidak ada pameran lain yang menawarkan fokus yang sangat terkonsentrasi pada buku anak-anak dan dewasa muda seperti di Bologna ini,
Selama empat hari pameran di Bologna, Indonesia menampilkan 9 acara dengan narasumber 2 pengarang dan 2 ilustrator, serta 5 penerbit sebagai co-exhibitor termasuk di antaranya 1 penerbit buku digital. Sebanyak 231 judul buku anak pilihan dari berbagai penerbit dipajang di stand Indonesia yang bertempat di Hall 29. Topik yang disampaikan para narasumber berkisar dari keragaman budaya Indonesia sebagai sumber inspirasi penulisan buku anak hingga manajemen studio ilustrator kelas dunia; dari soal identitas dalam karya buku anak hingga inovasi baru dalam pengolahan cerita rakyat tradisional agar sesuai dengan selera pembaca masa kini.
Salah satu acara di stand Indonesia, menampilkan novelis Clara Ng |
Dunia buku anak Indonesia di Bologna diwakili oleh dua penulis buku anak produktif yaitu Arleen Amidjaja dan Clara Ng, dan dua illustrator muda kreatif yaitu Sweta Kartika dan Christiawan Lie. Lima penerbit yang ikut menjadi co-exhibitor dalam pameran di stand Indonesia adalah Gramedia, Mizan, Zikrul Kids, Kesaint Blanc, dan Pesona Edu.
Arleen Amidjaja yang telah menulis sekitar 220 buku anak selama 10 tahun berkarya membawakan tema “Indonesia: Negeri Penuh Warna dalam Buku” untuk memaparkan tentang bagaimana kekayaan Indonesia telah menjadi sumber inspirasinya yang tiada henti dalam menulis. Clara Ng, penulis serba-bisa yang menulis untuk pembaca dewasa maupun anak-anak, menyampaikan tema tentang menulis dari sudut pandang anak. Sedangkan Chris Lie, komikus dan illustrator pendiri Caravan Studio, membagikan pengalamannya mengelola studio illustrator kelas dunia. Sweta Kartika, komikus yang melalui komik Nusantaranger bercita-cita memperkenalkan seni tradisi nusantara ke dunia internasional, berbicara mengenai revitalisasi kisah tradisional dalam komik modern.
Stand Indonesia tampil dengan desain simpel dan minimalis didominasi warna biru muda |
Selain memperkenalkan buku anak dalam bentuk cetak, Indonesia juga menampilkan perkembangan penerbitan buku digital melalui penampilan developer perangkat lunak AmazingEdu, yang berspesialisasi di bidang matematika dan sains untuk sekolah dasar dan menengah. Selama lebih dari 25 tahun, perangkat lunak AmazingEdu sudah digunakan oleh lebih dari 11.500 sekolah di 30 negara.
Pada hari ketiga pameran Chris Lie dan Sweta melakukan demo menggambar di stand Indonesia. Keduanya secara bersamaan membuat ilustrasi dengan tema wayang dan seni tradisional Bali. Demo ilustrasi ini menarik perhatian banyak pengunjung yang merekam aksi mereka dengan video kamera dan mengabadikan hasil ilustrasi yang digambar di salah satu panel stand. Salah satu pengunjung bahkan menawar untuk membeli karya ilustrasi Chris Lie yang ditampilkan di stand.
Sebagai ajang jual beli rights, beberapa judul buku karya penulis Indonesia pun berhasil menarik calon pembeli copyrights di Bologna. Buku Arleen Amidjaja yang berjudul Financial Intelligence For Kids, misalnya, dilirik oleh penerbit India dan Turki. Demikian pula produk inovatif belajar bahasa Arab dan Mandarin secara menyenangkan terbitan Kesaint Blanc, yang diminati copyrightsnya oleh penerbit Spanyol. Menariknya, tak sedikit penerbit asing datang ke stand Indonesia untuk mencari buku anak Muslim dan novel Islami untuk remaja, meskipun pameran ini lebih berkesan sebagai pameran buku anak untuk umum.
Hall 26 |
Sambutan terhadap partisipasi pertama Indonesia di pameran ini menunjukkan besarnya potensi dan minat penerbit asing terhadap karya penulis Indonesia. Dengan persiapan yang lebih baik dan penampilan yang lebih menarik dalam desain stand, katalog dan alat promosi lainnya, potensi itu pasti bisa lebih digali dan memberi banyak dorongan berkreasi bagi para pekerja kreatif Indonesia.
Kita tentu berharap pemerintah tetap mendukung partisipasi Indonesia di Bologna dan pameran buku lainnya setiap tahun. Dukungan pemerintah diharapkan agar Indonesia terus dapat mengirim penulis, ilustrator dan penerbit ke pameran-pameran buku internasional tahun-tahun selanjutnya, sehingga karya pekerja kreatif Indonesia dapat menyebar ke mancanegara dan mengharumkan nama bangsa. Siapa tahu di antara karya penulis buku anak Indonesia ada yang berpotensi menjadi buku yang bisa dinikmati pembaca berbagai belahan dunia dan tetap bertahan hingga ratusan tahun sebagaimana Alice in Wonderland.**
Komentar
Posting Komentar