Cotton Tenants





Saya suka penasaran pada "naskah terpendam". Naskah yang publikasinya tertunda hingga puluhan tahun setelah ia pertama dituliskan. Contohnya novel Marah Rusli yang berjudul "Memang Jodoh". Novel ini baru terbit setelah berlalu 50 tahun sejak naskah dituliskan. Saya suka memperhatikan gaya bahasa dalam naskah terpendam, istilah yang dipakai, yang bisa jadi terasa jauh beda dengan kelaziman sekarang, dan tentu saja relevansi kontennya dengan masa sekarang.

Belum lama ini saya menemukan satu buku lain yang semacam itu: "Cotton Tenants: Three Families." Ceritanya pada 1936, majalah Fortune menugaskan penulis/penyair James Agee dan fotografer Walker Evans untuk membuat laporan tentang kehidupan petani kapas di Alabama. Mereka menghabiskan waktu dua bulan tinggal bersama keluarga-keluarga di sana dan menghasilkan laporan sepanjang 30.000 kata.

Akan tetapi majalah Fortune batal menerbitkan laporan tersebut. Mungkin, seperti banyak laporan lain tentang masa Great Depression di Amerika yang dianggap subversif. Laporan tersebut akhirnya terbit sebagai buku ini, 77 tahun setelah penulisannya. Diterbitkan pada 2013 oleh Melville House Publishing, buku ini menyuguhkan laporan jurnalistik yang jujur tentang perjuangan tiga keluarga petani kapas di Alabama, AS, pada masa kesulitan ekonomi.

Setelah 77 tahun, relevansi membacanya sekarang mungkin sebagai catatan kisah ketidakadilan sosial dalam sejarah, dan contoh klasik "rejected journalism" Amerika. Dan, yang tak lekang oleh waktu, foto-foto Walker Evans yang memotret wajah masyarakat pada masa itu. Setidaknya untuk dua alasan itulah, buku ini layak untuk diapresiasi di masa sekarang. []

Komentar

Populer

Khaled Hosseini: Membebaskan Emosi Melalui Novel

Tiga Penyair Membuka Jaktent

"Memento Vivere"