Anak-anak belajar dengan meniru. Karena itu, orangtua selalu diingatkan untuk memberikan contoh yang baik. Anak-anak cepat sekali menduplikasi perilaku yang dilihatnya dan segera mengasimilasinya menjadi kebiasaan dan akhirnya karakter yang melekat pada dirinya.
Meniru adalah cara belajar yang ampuh. Diawali dengan contoh, coba sendiri berulang kali. Sering kita mendengar saran ini. Bisa diterapkan untuk belajar apa saja hal yang baru. Tindakan yang berulang lama-lama akan menjadi kebiasaan dan keterampilan baru.
Raymond Chandler dicontohkan sebagai penulis yang mulai belajar dengan mencontoh gaya penulis yang sudah terkenal. Dia menulis ulang novel misteri dari pengarang yang dikaguminya untuk mempelajari gaya mereka selama berbulan-bulan tanpa niat untuk menerbitkannya. Raymond selanjutnya dikenal sebagai salah seorang penulis novel detektif dan misteri terbaik Amerika.
Haruki Murakami juga mengambil jalan yang sama. Dia melakukannya dengan cara menerjemahkan novel dari para pengarang yang disenanginya. Dengan cara begitu dia belajar menulis, sekaligus memperkenalkan karya pengarang itu pada pembaca Jepang. Di antara pengarang yang dia terjemahkan adalah karya Fritzgerald, Raymond Carver dan J. D. Salinger. Buku-bukunya menunjukkan banyak pengaruh dari pengarang-pengarang tersebut, bahkan dikritik terlalu berbau barat, khususnya Amerika.
Ketika sedang membaca sebuah novel, tak jarang kita terkesan dengan sepenggal kalimat, terdorong untuk mencatat sepenggal paragraf yang mengesankan. Kalau dibiarkannya lewat, suatu saat penggalan yang memukau itu akan terngiang dalam ingatan dan akan muncul sejumput sesal mengapa kita membiarkannya berlalu tanpa memetik sedikit pelajaran darinya.
Metode ini ditekankan juga oleh AS Laksana dari komunitas
Nulis Aja Dulu (NAD). Dia mengatakan:
Keliru besar kalau orang berpikir lamanya praktik berbanding lurus
dengan majunya keahlian. Berpuluh tahun jadi guru, tidak otomatis orang makin
ahli mengajar. Berpuluh tahun jadi dokter, tidak otomatis orang makin ahli ilmu
kesehatan. Berpuluh tahun jadi orangtua?
"Mengembangkan kecakapan adalah panggilan sepanjang hayat,"
kata Steven Pinker.
Agar maju, yang dibutuhkan bukan hanya bakat, bukan pula hanya kerja
keras latihan. Yang sering dilupakan orang adalah atmosfer: mengekspos diri
terus-menerus pada para maestro di bidang yang mau kita kuasai, serta
karya-karya mereka.
Jalan menjadi pakar menulis, misalnya, adalah dengan setiap hari
membaca dan menyalin karya-karya penulis terbaik. Setiap hari. Setiap hari.
Sampai gaya, diksi, sintaksis, seni mereka menyusun alinea meresap ke bawah
sadar kita.
Jihoon You, seorang penulis Korea, memberikan tips menarik dari pengalaman pribadinya menghasilkan kurang lebih 50 karya terjemahan. Dia bilang, "Kalau kamu ingin menulis dengan baik, cobalah menyalin sebuah teks dengan baik dari awal hingga akhir, kemudian salin ulang tulisannya namun kali ini tanpa melihat teksnya sama sekali. Dengan cara ini, lama kelamaan kamu akan bisa menulis teks dengan pemilihan diksi, urutan kata dan struktur kalimat yang benar."
Jihoon You menyampaikan kiat ini dalam konteks belajar bahasa asing. Dalam fotografi pun kita menemukan saran kiat belajar yang sama. Semakin banyak kita melihat dan belajar dari karya para master, semakin peka kita terhadap kehadiran elemen-elemen visual penting dalam kotak bingkai kamera.
Maka, memilih "panutan" itu menjadi sangat penting. Tampaknya mudah. Mau belajar apa saja, tinggal pilih siapa yang kamu jadikan model, lalu masalahnya tinggal satu: seberapa banyak waktu yang mau kamu curahkan untuk mengambil jalan mudah ini. Selebihnya, hangatkan, sirami dan pupuk hingga menjadi pohon yang kuat.
Komentar
Posting Komentar