Momen Serendipitas
Kadang-kadang ketika memotret di jalan atau dalam perjalanan, saya merasa beruntung mendapatkan momen yang membuat foto jadi menarik. Saya tidak menyebut diri pemotret yang baik, karena belum cukup banyak melakukannya untuk mendapatkan hasil yang konsisten dalam kualitas. Tapi beberapa foto benar-benar saya suka sebab momen yang terbekukan di dalam bingkai, karena berbagai alasan, jadi menarik untuk dilihat.
Salah satu yang saya suka adalah foto ini. Dipotret di pelataran Piazza del Duomo, Milan, tempat yang sangat ramai dengan pengunjung pada suatu sore di akhir bulan Maret 2018. Cuaca menjelang awal musim semi masih cukup dingin. Orang-orang berjalan sambil mencoba menghangatkan badan. Saya memotret random moment, tanpa berhenti untuk melihat apa yang terekam dalam kamera. Dua peristiwa ini kebetulan terekam di dalam satu bingkai. Saya menjudulinya “Dua Cara Mengusir Dingin”.
Pada kesempatan lain, warna-warna secara tak sengaja hadir bersamaan dalam satu bingkai, membuat titik-titik perhatian terpusat dan menyebar pada pola warna yang terekam. Mata kita menyenangi pola, mencari keteraturan, secara naluriah tertarik pada hal yang berulang. Pola itu dengan sendirinya membuat cerita di dalam pikiran kita. Konon foto yang baik, seperti teman yang baik, membuat percakapan terus berlanjut.
Kita tidak bisa mengendalikan apa yang berlangsung di ruang terbuka. Orang-orang datang dan pergi, peristiwa berkelebatan dan berganti dengan cepat. Cuaca pun ikut menambah faktor yang tak menentu.
Fotografi jalanan penuh dengan momen kebetulan yang mengandung keberuntungan. Momen serendipitas.
Serendipitas adalah kebetulan yang menyenangkan. Kita merencanakan sesuatu, tapi malah mendapatkan hal berbeda yang di luar rencana. Momen serendipitas adalah momen ketika kita mendapatkan keberuntungan dan penemuan tak terduga ketika sedang mencari sesuatu yang berbeda, atau ketika kita tidak sedang mencarinya sama sekali. Dalam bahasa umum, serendipitas bisa juga disebut kebetulan, kemujuran, tetapi kata serendipitas terlalu indah untuk tidak digunakan.
Serendipitas juga sering terjadi ketika kita berselancar di internet, menonton di youtube, atau berbelanja online. Sering kali terjadi, saat sedang menggunakan mesin pencari di internet, perhatian kita teralih ke arah lain oleh tautan yang muncul dalam hasil pencarian. Kita membukanya lalu terbawa ke hal-hal baru yang jauh berbeda dari niat awal kita. Kita terus menjelajah, mampir sebentar di suatu laman lalu berpindah terus sampai akhirnya kita sudah mengumpulkan lebih dari cukup informasi yang kita butuhkan, atau memenuhi keranjang belanja sesuatu yang tidak diniatkan di awal.
Serendipitas juga menjadi pertimbangan dalam desain media sosial. Jika kamu mendapati desain layout media sosial berubah, jangan kaget, mereka hanya sedang mencoba meningkatkan faktor serendipitas—mungkin dengan mengorbankan kenyamanan pengguna yang sudah terbiasa dengan desain lama.
Banyak penemuan dalam sains juga terjadi dalam momen serendipitas. Yang paling terkenal di antaranya adalah penemuan penisilin, sinar-x, oven mikrowave, Post-It note, dan velcro. Kisah-kisah di balik penemuan ini memperlihatkan bagaimana para ilmuwan dan peneliti itu mendapatkan hal yang sangat berbeda dari yang direncanakannya semula, dan kebetulan itu membawanya ke penemuan yang sama sekali tak terduga. Seperti membukakan pintu ke harta karun tersembunyi.
Kalau divisualisasikan, itu mirip dengan game minesweeper. Ketika kita meng-klik satu kotak, maka itu akan membukakan kotak-kotak baru di sekelilingnya. Kalau sedang tidak beruntung, kita malah membuka kotak yang berisi bom meledak. Tapi untuk nasib buruk itu, tidak digunakan kata serendipitas.
Kata “serendipity” pertama kali digunakan dalam bahasa Inggris oleh Horace Walpole. Dalam sebuah surat yang dia tulis kepada temannya Horace Mann pada 28 Januari 1754, Walpole menjelaskan penemuan tak terduga lukisan Bianca Cappello yang hilang oleh Giorgio Vasari. Horace Walpole mengacu pada dongeng Persia, The Three Princes of Serendip. Ketiga pangeran ini, katanya di dalam surat tersebut, "selalu mendapatkan penemuan, secara tidak sengaja dan di luar dugaan, tentang hal-hal yang tidak mereka cari." Serendip adalah nama lama untuk Sri Lanka, yang berasal dari bahasa Sanskerta SiṃhaladvÄ«paḥ (Siṃhalaḥ, Sri Lanka + dvÄ«paḥ, pulau).
Kata tersebut telah diserap ke dalam banyak bahasa lain, dengan arti umum "penemuan tak terduga" atau "kebetulan yang membawa keberuntungan". Misalnya: serendipidade dalam bahasa Portugis, serendipia (Spanyol), serendipität (Jerman), sérendipité (Prancis), serendipità (Italia), serendipiteit (Belanda), serendipitet (Swedia, Denmark dan Norwegia), serendipiteetti (Finlandia), dan sieriendipnost (Rusia).
Sayangnya, kata ini sampai sekarang masih belum secara resmi diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kita masih belum menemukannya di dalam kamus besar bahasa Indonesia. Entah kenapa penyusun KBBI seperti enggan menyerap kata serendipitas. Padahal kaidahnya sama dengan kata singularitas yang sudah lebih dahulu berterima menjadi salah satu lema di dalam kamus tersebut.
Salah satu yang saya suka adalah foto ini. Dipotret di pelataran Piazza del Duomo, Milan, tempat yang sangat ramai dengan pengunjung pada suatu sore di akhir bulan Maret 2018. Cuaca menjelang awal musim semi masih cukup dingin. Orang-orang berjalan sambil mencoba menghangatkan badan. Saya memotret random moment, tanpa berhenti untuk melihat apa yang terekam dalam kamera. Dua peristiwa ini kebetulan terekam di dalam satu bingkai. Saya menjudulinya “Dua Cara Mengusir Dingin”.
Milan, 29 Maret 2018 |
Pada kesempatan lain, warna-warna secara tak sengaja hadir bersamaan dalam satu bingkai, membuat titik-titik perhatian terpusat dan menyebar pada pola warna yang terekam. Mata kita menyenangi pola, mencari keteraturan, secara naluriah tertarik pada hal yang berulang. Pola itu dengan sendirinya membuat cerita di dalam pikiran kita. Konon foto yang baik, seperti teman yang baik, membuat percakapan terus berlanjut.
Milan, 29 Maret 2018 |
Melaka, 24 Desember 2018 |
Kita tidak bisa mengendalikan apa yang berlangsung di ruang terbuka. Orang-orang datang dan pergi, peristiwa berkelebatan dan berganti dengan cepat. Cuaca pun ikut menambah faktor yang tak menentu.
Ketidakpastian yang tinggi membuka kesempatan terjadinya banyak kebetulan. Maka dalam fotografi jalanan, kita hanya bisa selalu waspada dan siap untuk membidik, dan kejutan yang menanti saat mengecek hasil jepretan kamera adalah bagian dari keseruan melakukannya. Keberuntungan hanya menghampiri orang-orang yang waspada.
Fotografi jalanan penuh dengan momen kebetulan yang mengandung keberuntungan. Momen serendipitas.
Serendipitas adalah kebetulan yang menyenangkan. Kita merencanakan sesuatu, tapi malah mendapatkan hal berbeda yang di luar rencana. Momen serendipitas adalah momen ketika kita mendapatkan keberuntungan dan penemuan tak terduga ketika sedang mencari sesuatu yang berbeda, atau ketika kita tidak sedang mencarinya sama sekali. Dalam bahasa umum, serendipitas bisa juga disebut kebetulan, kemujuran, tetapi kata serendipitas terlalu indah untuk tidak digunakan.
Serendipitas juga sering terjadi ketika kita berselancar di internet, menonton di youtube, atau berbelanja online. Sering kali terjadi, saat sedang menggunakan mesin pencari di internet, perhatian kita teralih ke arah lain oleh tautan yang muncul dalam hasil pencarian. Kita membukanya lalu terbawa ke hal-hal baru yang jauh berbeda dari niat awal kita. Kita terus menjelajah, mampir sebentar di suatu laman lalu berpindah terus sampai akhirnya kita sudah mengumpulkan lebih dari cukup informasi yang kita butuhkan, atau memenuhi keranjang belanja sesuatu yang tidak diniatkan di awal.
Serendipitas juga menjadi pertimbangan dalam desain media sosial. Jika kamu mendapati desain layout media sosial berubah, jangan kaget, mereka hanya sedang mencoba meningkatkan faktor serendipitas—mungkin dengan mengorbankan kenyamanan pengguna yang sudah terbiasa dengan desain lama.
Banyak penemuan dalam sains juga terjadi dalam momen serendipitas. Yang paling terkenal di antaranya adalah penemuan penisilin, sinar-x, oven mikrowave, Post-It note, dan velcro. Kisah-kisah di balik penemuan ini memperlihatkan bagaimana para ilmuwan dan peneliti itu mendapatkan hal yang sangat berbeda dari yang direncanakannya semula, dan kebetulan itu membawanya ke penemuan yang sama sekali tak terduga. Seperti membukakan pintu ke harta karun tersembunyi.
Kalau divisualisasikan, itu mirip dengan game minesweeper. Ketika kita meng-klik satu kotak, maka itu akan membukakan kotak-kotak baru di sekelilingnya. Kalau sedang tidak beruntung, kita malah membuka kotak yang berisi bom meledak. Tapi untuk nasib buruk itu, tidak digunakan kata serendipitas.
Kata “serendipity” pertama kali digunakan dalam bahasa Inggris oleh Horace Walpole. Dalam sebuah surat yang dia tulis kepada temannya Horace Mann pada 28 Januari 1754, Walpole menjelaskan penemuan tak terduga lukisan Bianca Cappello yang hilang oleh Giorgio Vasari. Horace Walpole mengacu pada dongeng Persia, The Three Princes of Serendip. Ketiga pangeran ini, katanya di dalam surat tersebut, "selalu mendapatkan penemuan, secara tidak sengaja dan di luar dugaan, tentang hal-hal yang tidak mereka cari." Serendip adalah nama lama untuk Sri Lanka, yang berasal dari bahasa Sanskerta SiṃhaladvÄ«paḥ (Siṃhalaḥ, Sri Lanka + dvÄ«paḥ, pulau).
Kata tersebut telah diserap ke dalam banyak bahasa lain, dengan arti umum "penemuan tak terduga" atau "kebetulan yang membawa keberuntungan". Misalnya: serendipidade dalam bahasa Portugis, serendipia (Spanyol), serendipität (Jerman), sérendipité (Prancis), serendipità (Italia), serendipiteit (Belanda), serendipitet (Swedia, Denmark dan Norwegia), serendipiteetti (Finlandia), dan sieriendipnost (Rusia).
Sayangnya, kata ini sampai sekarang masih belum secara resmi diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kita masih belum menemukannya di dalam kamus besar bahasa Indonesia. Entah kenapa penyusun KBBI seperti enggan menyerap kata serendipitas. Padahal kaidahnya sama dengan kata singularitas yang sudah lebih dahulu berterima menjadi salah satu lema di dalam kamus tersebut.
Mungkin karena serendipitas bukan istilah yang diperlukan oleh bidang ilmu tertentu, seperti halnya singularitas yang merupakan istilah dalam astronomi sehingga diasumsikan penyerapannya tidak mendesak. Serendipitas bakal menjadi kata yang digunakan dalam percakapan sehari-hari saja.
Ivan Lanin, sang juru bahasa panutan netizen, pernah menawarkan bentuk serapan ini pada salah satu ciutannya di twitter pada 16 Januari 2018. Setelah itu, saya belum lagi menemukan jejak orang menawarkan penyerapannya dan belum ada yang membuat petisi untuk mendesak dewan bahasa memasukkan kata tersebut ke dalam kamus. Semoga suatu hari kata yang indah ini berterima dalam bahasa Indonesia. Untuk sekarang, kita gunakan saja kata ini secara bebas, karena suka dengan arti dan bunyinya yang bagus.
Jadi, apa momen serendipitasmu hari ini?
Komentar
Posting Komentar