Mengenang Pencetus "Megatrends"

John Naisbitt. Photo Credit: Petra Spiola


John Naisbitt berpulang. Penulis buku fenomenal Megatrends itu tutup usia pada 8 April 2021. Saya ingat, nama John Naisbitt cukup sering terdengar dalam berbagai diskusi dan artikel pada akhir 1990-an. Dia seorang futuris visioner yang karya-karyanya mempengaruhi jutaan orang. 

Bersama futuris besar lainnya, Alvin Toffler yang menulis buku Future Shock, Naisbitt menjadi rujukan penting dalam bidang kajian masa depan. Namanya sering disebut dalam matakuliah pilihan "Kajian Futuristik" bersama Prof Iskandar Alisyahbana yang saya ambil pada tahun terakhir di ITB . Kemudian, ketika saya mulai bekerja di Penerbit Mizan, salah satu buku Naisbitt juga diterbitkan di Mizan pada 2001, yaitu High Tech High Touch

Setelah periode itu, saya jarang mengikuti kajian masa depan dan tidak lagi mendengar tentang Naisbitt hingga beberapa waktu lalu linimasa saya terpapar tautan obituari kepergiannya pada usia 92 tahun.



Buku Megatrends yang diterbitkan pertama kali pada 1982 sungguh menjadi topik perbincangan yang ramai pada masa itu. Buku itu terjual lebih dari 40 juta eksemplar di seluruh dunia, bertengger di puncak daftar buku terlaris New York Times selama 2 tahun, dan terbit di 57 negara, termasuk Indonesia. Kata "megatrend" menjadi semacam mantra untuk menarik minat berbagai acara seminar dan artikel, dan memunculkan istilah-istilah turunan yang menggandengnya. Naisbitt sendiri juga menulis buku-buku lain menggunakan istilah tersebut sepert Megatrends Asia, Mastering Megatrends, Megatrends 2000 dan China Megatrends.

Dalam buku fenomenal ini John Naisbitt meramalkan masa depan dengan cara memahami masa kini menggunakan metode content analysis, yaitu menganalisis berita isi ratusan surat kabar dan majalah selama jangka waktu yang sangat panjang. Naisbitt meramalkan sepuluh perubahan besar dalam bidang teknologi dan ekonomi. Sebagian besar ramalannya dari 1980-an itu sudah menjadi fakta sehari-hari buat kita saat ini.


Saya ingin mencatat di sini tiga saja prediksi menarik Naisbitt. Pertama, Naisbitt meramalkan merebaknya otomatisasi dan kemungkinan teknologi super seperti kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan sudah diramalkan orang sejak 1960-an, misalnya di dalam film 2001: Space Odyssey. Tapi yang membedakan, Naisbitt menambahkan bahwa teknologi ini takkan pernah bisa menggantikan manusia. Ketika kecanggihan inovasi semakin meningkat, semakin kita membutuhkan lebih banyak sentuhan manusia. 

Ini banyak kita alami sekarang, bahkan dari hal sesederhana seperti kekesalan saat berhadapan dengan layanan costumer service oleh chat-bot. Topik ini menjadi bahasan utama dalam buku yang ditulisnya bersama putrinya Nana Naisbitt dan Douglas Phillip, High Tech-High Touch. Buku ini menganjurkan porsi penggunaan teknologi yang semakin besar diimbangi dengan layanan yang membuat pengguna merasa diperlakukan sebagai manusia, bukan bagian dari mesin

Kedua, biologi dan kedokteran akan berada di garis depan inovasi. Kemajuan penelitian di bidang bioteknologi dan neurosains saat ini sangat mencengangkan. Perusahaan-perusahaan semacam Phillips sedang meneliti peralatan yang dikendalikan pikiran untuk penyandang disabilitas. Theodore Berger dan timnya di University of Southern California sedang mengembangkan implan otak yang dapat memulihkan atau membuat ingatan baru. 

Biologi mendorong batas baru. Banyak teknologi mencengangkan dari bdang kedokteran dan biologi. Dapat dikatakan prediksi Naisbitt cukup tepat, entah itu untuk penelitian kanker, alternatif pangan, atau sumber energi ramah lingkungan, biologi dengan cepat menggantikan silikon sebagai teknologi pilihan.

Ketiga, berkembangnya masyarakat swadaya. Pada 1982, Naisbitt memprediksi peningkatan informasi secara masif. Saat itu masih belum terbayang adanya ensiklopedi yang disusun oleh banyak orang seperti Wikipedia. Dan platform pembelajaran dan berbagi secara daring juga belum tumbuh. Tapi sekarang, jutaan orang beralih ke tutorial online dan menggunakan wikipedia yang disusun beramai-ramai. Gelar dari universitas  akan menurun nilainya karena yang lebih penting adalah keterampilan belajar, belajar cara belajar, dan mengembangkan keterampilan baru, bukan ijazah.

Naisbitt telah terbukti visioner, dia memprediksi tren yang membentuk masa depan lebih dari tiga dekade sebelum hal itu terjadi. Visinya tentang China sebagai alternatif bagi Barat secara ekonomi, politik dan sosial juga perlahan-lahan menunjukkan wujudnya. Dia membantu China melakukan transformasi dan memberikan banyak kuliah tentang kajian masa depan di institut yang didirikannya di Beijing. 

Meski terdengar sangat optimis tentang teknologi dan informasi, Naisbitt mengingatkan teknologi terkadang menghasilkan problem sosial baru, mulai dari kekerasan akibat video games hingga kurangnya kedekatan dengan alam dan orang lain. 

Mabuk teknologi dapat mengerutkan jiwa manusia, katanya. Seperti banyak visioner lainnya, Naisbitt juga mengingatkan agar alih-alih menyediakan konsol game yang mahal untuk anak-anak, sebaiknya mereka dibelikan bola saja. Bermain bersama  di alam terbuka itu lebih baik. Pesan yang layak dicamkan dari seorang visioner teknologi dan informasi.


Komentar

Populer

Khaled Hosseini: Membebaskan Emosi Melalui Novel

Tiga Penyair Membuka Jaktent