The White House (2)

 

Photo credit: vichie81/CanvaPro

Artikel ini merupakan nukilan dari buku Inside the White House: The Hidden Lives of the Modern Presidents and the Secrets of the World's Most Powerful Institution (Ronald Kessler, 1996)


Monarki Amerika
Nama sandi untuk Gedung Putih di kalangan Agen Rahasia adalah Crown, Mahkota. Aroma imperial memang tercium cukup kuat di sini. "Kehidupan di Gedung Putih adalah kehidupan sebuah istana," kata George Reedy, sekretaris pers Presiden Johnson. "Presiden diperlakukan dengan pengagungan layaknya seorang raja. 

Tak seorang pun berani mengusik presiden dalam kontemplasinya dengan alasan apa pun, kecuali mungkin kalau ada malapetaka besar terjadi di suatu tempat di muka bumi. Tak seorang pun mendahului dia berbicara. Tak seorang pun berani menolak permintaannya, bahkan ketika itu dirasa tidak masuk akal dan remeh," demikian tulis Reedy dalam bukunya The Twilight of the Presidency.

Padahal Bapak-bapak Pendiri Amerika dengan tegas menolak nuansa kerajaan seperti itu. Perre L'Enfant, yang dipilih George Washington untuk merancang Gedung Putih, pernah menawarkan model "istana presiden" yang lima kali lebih luas dari bangunan yang sekarang. Kongres menolak model itu. Thomas Jefferson, pejabat sekretaris negara saat itu, memberhentikan L'Enfant. Namun bahkan model Gedung Putih yang dibangun kemudian pun masih mendapat kritikan. Anggota Kongres dari Pennsylvania, Charles Ogle, pada 1840 menyebut Gedung Putih "sebuah kerajaan yang dimapankan atas pengorbanan rakyat."


"Itu Urusan Saya."
Lyndon Johnson adalah presiden yang paling terpengaruh godaan monarki ini. Psikiater Bertram Brown menyebut Johnson seorang megalomania. "Dia begitu narsistik, dia merasa mampu melakukan apa saja yang dia inginkan. Dia ingin mengontrol segalanya," kata Brown.

Salah satu cara Johnson menegaskan kekuasaannya adalah dengan selalu telat. Robert MacMillan, pramugara pesawat presiden, Air Force One, berkisah, "Johnson pernah telat satu jam dan berharap para kru pesawat dapat sampai tepat waktu di tujuan. Ketika pesawat mendarat, dia bertanya, 'Mengapa penerbangan komersial bisa sampai ke sini dalam satu jam, tapi kita dua jam?' Kami bilang, 'Tuan Presiden, itu karena Anda terlambat satu jam.' Dan dia menjawab 'Itu urusan saya.'"

Keengganan mengakui kekeliruan keputusan pun menandakan dampak aura Gedung Putih. Perang Vietnam menjadi berkelanjutan karena ego Johnson terlibat di dalamnya. "Sekali presiden membuat sebuah keputusan, keputusan itu akan terus berjalan dan berjalan meskipun bodoh," kata George Reedy. Sikap para staf pun memperlakukan presiden seperti raja. Sering kali informasi yang sampai ke presiden diselewengkan karena ajudan memberi tahu apa yang ingin dia dengar saja.


Tak Cakap
Datang terlambat juga menjadi ciri Bill Clinton. "Clinton selalu telat," kata James Saddler, pramugara Air Force One yang lain. "Itu bervariasi antara satu hingga dua jam. Kalau dia sudah berjabat tangan dengan orang lain, dia suka lupa waktu."

Tapi keterlambatan Clinton dalam setiap acara dipandang para kritikusnya sebagai bukti ketidakmampuan Clinton mengatur diri sendiri -- apalagi mengatur negara. Clinton dan stafnya sering disebut sebagai pemerintahan yang paling tidak cakap sepanjang sejarah Amerika.

David Shaw, seorang kritikus media di Los Angeles Times dengan kesal menyatakan, "Gedung Putih tak pernah tepat waktu." Dalam Washington Monthly dia menulis, "Clinton selalu terlambat. Dia bisa mencatatkan rekor untuk kelambanan dalam Guinness Book of World Records."

Pada 16 Juli 1993, Shaw menghadiri pertemuan pers yang dijadwalkan berlangsung pada 11.30, tapi acara itu ternyata baru dimulai pukul 13.30. Sore harinya Shaw ikut briefing yang akan diberikan direktur komunikasi Gedung Putih, George Stephanopoulos, dan penasihat Clinton di bidang pers, David Gergen. Acara yang dijadwalkan mulai 15.00 itu mundul hingga pukul 17.07. "Saya diberi tahu kalau ini sudah biasa," tulis kritikus media Los Angeles Times tersebut.

Sejak awal mengambil alih Gedung Putih, staf Clinton sudah terlihat tidak sigap. Mereka tidak mempelajari aturan perparkiran di lingkungan Gedung Putih, mereka tidak mengorganisasi pembalasan surat-surat dan penerimaan telepon. Lucille Price, manager Administrasi Layanan Umum, bagian yang menangani kepindahan setiap presiden baru, berkomentar, "Orang-orang Clinton ini sangat tak terorganisasi. Terlalu muda, dan terlalu kasar." Di balik ketidakcakapan ini menurutnya adalah arogansi, kekacauan berpikir, dan kurangnya kepekaan, sejak di tingkat presiden dan hingga ke seluruh staf.
"Baca Gerak Bibirku."
Berbeda dengan Johnson dan Clinton, George Bush justru sangat ingin menghindari sikap pengagungan terhadap presiden. Bush --nama sandinya Timber Wolf-- berulang kali mempersoalkan tingkat perlindungan pengamanan yang diterimanya. Dia ingin meminimalkan jumlah orang yang ikut bepergian bersamanya.

Menurut asisten Presiden Bush, Bonnie Newman, Bush tidak ingin menciptakan kesan imperial. "Terlihat jelas bahwa mereka tidak ingin orang beranggapan bahwa mereka adalah 'orang keraton', dalam pengertian apa pun," ujar Newman. "Saya pikir dia berusaha untuk merendah sembari tetap mempertahankan kewibawaan yang harus mewarnai kepresidenan itu sendiri."

Dalam tingkat personal, Bush mungkin tidak terpengaruh, tapi dalam tingkat kebijakan dia tidak berbeda. Seperti presiden-presiden sebelumnya, Bush tidak merasa bersalah jika harus melanggar janji-janji kampanyenya. "Baca bibirku: Tak ada pajak baru," serunya berulang kali. Tapi kemudian dia melanggar kata-katanya sendiri dengan menaikkan pajak penghasilan dan pajak atas bahan bakar, rokok, bir, dan beberapa barang lain.

Seperti presiden-presiden sebelumnya, Bush juga tidak merasa bersalah jika harus berbohong kalau itu memberinya keuntungan secara politis. Dalam pencalonan masa kepresidenan kedua, Bust bersikukuh dia tidak 'di luar lingkaran' ketika kejadian-kejadian yang menggiring ke skandal Iran-Kontra dibicarakan. Namun laporan seorang penasihat independen, Lawrence Walsh, menyatakan Bush "selalu ikut rapat bersama presiden tentang penjualan senjata ke Iran, dia berpartisipasi dalam diskusi-diskusi untuk memenangkan dukungan negara-ketiga terhadap pihak kontra."

Reagan termasuk presiden yang tidak terpengaruh aura Gedung Putih. Reagan ramah dalam bertegur sapa dengan orang-orang di sekitarnya. Pramugara Air Force One, James Sadler berkisah, "Reagan mampu mengingat nama banyak orang dengan cepat. Sebentar dia lihat daftar nama orang-orang yang hadir dalam suatu pertemuan. Satu menit kemudian dia akan keluar dan menyapa, 'Hallo Sally, Dick, Joe.' Sangat mengesankan."

Figur Ayah Publik Amerika mungkin berharap terlalu besar kepada presiden dan keluarganya. Karena tidak pernah punya raja atau ratu, rakyat Amerika mencari figur ayah yang bisa mereka "pertuhankan" di Gedung Putih. Sebagaimana dalam sebuah monarki, serangan terhadap integritas kepala negara dipandang nyaris sebagai serangan terhadap bangsa.

Suasana monarki inilah yang menimbulkan skandal-skandal yang terus melibatkan presiden-presiden Amerika. Kegagalan Kennedy menimbang kecerobohan invasi Bay of Pigs, penolakan keras kepala Johnson untuk tunduk pada tuntutan rakyat agar menghentikan Perang Vietnam, upaya Nixon menutup-nutupi skandal Watergate, dukungan Reagan terhadap peristiwa-peristiwa yang akhirnya mengarah pada skandal Iran-Contra, dan pernyataan Bush bahwa dia tidak tahu-menahu tentang skandal Iran-Contra, semuanya dapat dinisbahkan pada arogansi kekuasaan yang ditumbuhkan oleh kehidupan di dalam Gedung Putih.


Wanita-wanita di Gedung Putih
Dari seluruh keluarga presiden, keluarga Richard Nixon adalah yang paling aneh menurut Agen Rahasia Gedung Putih. Sebagaimana Lyndon Johnson, Nixon tidak tidur sekamar dengan istrinya. Tapi Johnson selalu berkonsultasi pada istrinya tentang isu-isu yang dihadapinya, sementara Nixon tampaknya tak punya hubungan apa-apa dengan istrinya, Pat. Dia juga jarang bicara dengan kedua anak perempuannya, Tricia dan Julie.

"Nixon tak pernah pegangan tangan dengan istrinya," ujar seorang Agen Rahasia. "Di San Clemente, dia berjalan di lapangan golf sembilan-lubang bersama istri dan anak-anaknya, dan tak sepatah kata pun tertukar di antara mereka." Dia menambahkan, "Nixon tidak akan memulai percakapan kecuali untuk mendiskusikan masalah... Dia selalu hitung-hitung efek apa yang akan timbul."

Bill dan Hilary Clinton hidup dalam hubungan perkawinan yang dingin. Bill terkenal punya hubungan asmara dengan beberapa wanita sekaligus pada saat yang sama. Yang paling lama dengan Gennifer Flowers, dua belas tahun -- kasus yang dengan cerdik berhasil disangkalnya dalam pencalonan diri menjadi presiden. Hillary sendiri berpacaran dengan Vincent Foster, Deputi Penasihat Gedung Putih, yang belakangan bunuh diri. "Hillary hanya berkepentingan pada karier politik suaminya. Jika karier politik Bill mati, saya menduga mereka akan bercerai dalam bulan berikutnya," ramal Roger L. Perry, pejabat sekuriti Gedung Putih.

Orang selalu ingin tahu kehidupan pribadi para presiden. "Masyarakat ingin tahu apakah sang presiden itu orang yang dapat dipercaya," kata George Reedy, asisten Bush. "Cara terbaik mengukurnya dewasa ini adalah melalui kesetiaan dalam perkawinan."
Astrolog Nancy
Hubungan presiden dengan istrinya paling unik pada keluarga Reagan. Nancy Reagan sangat ketat mengontrol suaminya, dan Reagan sangat penurut. Sejak awal karier politiknya, penampilan panggung Reagan diatur oleh istri keduanya ini. "Pernahkah aku menasihati Reagan? Oh ya, tentu," tulis Nancy Reagan dalam My Turn: The Memoirs of Nancy Reagan. 

"Akulah yang paling mengenal dia, dan akulah satu-satunya di Gedung Putih yang tidak punya agenda sendiri -- kecuali membantu dia."

Kebetulan pula nasihat Nancy selalu tepat. "Cintaku pada Ronnie begitu besar, tapi kuakui ada satu kelemahan dia: Dia sangat naif pada orang-orang di sekitarnya. Ronnie cenderung berprasangka baik pada orang lain. Itu baik dalam persahabatan, tapi dapat menimbulkan masalah dalam politik."

Adalah Nancy yang mendesak Reagan untuk memecat Raymond Donovan, sekretaris Reagan, ketika dia diselidiki terlibat dalam kasus penyogokan. Demikian pula dalam kasus kepala staf Reagan, Donald Regan, yang menjadi tidak disukai akibat kecerobohannya. Nancy membujuk Reagan untuk memaafkanya. Nancy juga mencoba membuat Reagan memecat William Casey ketika dia banyak dikecam akibat keterlibatannya dalam kasus Iran-Kontra. Tapi tak berhasil.

Konon kebanyakan nasihat Nancy dalam soal-soal yang menyangkut jadwal perjalanan dan waktu operasi medis bagi suaminya berasal dari astrolog Joan Quigley. Nancy bukan istri presiden yang pertama bersandar pada klenik. Istri Abraham Lincoln percaya pada 'dukun' Madame Laurie dari Georgetown. Julia Tyler, istri kedua Presiden John Tyler (1841-1845), mengatakan dia menerima pesan-pesan 'dari sisi yang lain' melalui mimpi-mimpinya.

Nancy sendiri tidak begitu disukai para staf. Dia banyak menuntut dan bertingkah. Nancy Reagan marah jika dia menerima majalah langganannya Vogue dan Mademoiselle lebih lambat dari teman-temannya. William Bell, mantan Agen Rahasia, berkomentar, "Menurut saya, Nancy terlalu sombong. Tapi saya kira, dia sangat hebat dalam melindungi Reagan."


Humas Gedung Putih
Para istri presiden biasa ikut mempengaruhi keputusan-keputusan suami mereka. Dolley Madison, istri Presiden James Madison (1809-1817), pernah membuat suaminya mengangkat temannya Anthony Morris ke Spanyol untuk sebuah misi diplomatik. Presiden Millard Fillmore (1850-1953), konon tak pernah mengambil langkah penting tanpa membicarakannya terlebih dahulu dengan istrinya, yang mengikuti perkembangan topik-topik masa itu.

Mary Todd Lincoln, meski tidak punya peran resmi, ingin dipanggil sebagai "Nyonya Presiden Lincoln." Martha Wshington, istri George Washington, ikut menanamkan benih tradisi kerajaan di Gedung Putih dengan meminta orang-orang membungkuk hormat jika dia lewat. Dia berpakaian seperti ratu, menggunakan tata rias rambut mirip mahkota tinggi. Dia tidak pernah mengoreksi orang yang menyapanya dengan sebutan the presidentess atau Lady President.

Sebagai figur humas, setiap first lady mencanangkan sebuah proyek yang biasanya dilupakan begitu dia meninggalkan Gedung Putih. Lady Bird Johnson mempromosikan kampanye perbaikan pemandangan Amerika --disebut Program Pengindahan. Pat Nixon mengangkat soal "sukarelawan". 

Betty Ford mendukung hukum yang membolehkan aborsi dan mempromosikan bantuan bagi orang cacat tubuh dan mental. Nancy Reagan mendukung program melawan penggunaan obta-obatan terlarang di kalangan anak muda.

Rosalyn Carter mengambil peran yang lebih aktif dengan memberi kesaksian di hadapan Kongres untuk meminta dana yang lebih besar bagi program kesehatan mental. Tapi di antara mereka hanya Hilary Clinton yang mengambil peran operasional. Dia menangani reformasi sistem perawatan kesehatan. Sementara Barbara Bush dipandang sebagai istri presiden yang paling independen dan tak banyak tingkah.

Lanjutan dari Bagian (1)

Komentar

Populer

Khaled Hosseini: Membebaskan Emosi Melalui Novel

Tiga Penyair Membuka Jaktent

"Memento Vivere"