Puisi Visual Dua Webb
Apakah mungkin foto-foto bisa saling berima, bersahut-sahutan dalam rentang nada-warna-rupa layaknya seuntai puisi? Seperti apakah persajakan yang mungkin dihasilkan jika dua foto disandingkan?
Itulah yang dicoba dilakukan pasangan fotografer-penyair Alex Webb dan Rebecca Norris Webb dalam buku Slant Rhyme. Delapan puluh foto dari duo Webb saling disandingkan dalam buku ini, diseliing teks puisi dan prosa ringan, menghasilkan sebuah perbincangan fotografis yang manis.
Kesan ringan dan manis itu kita dapatkan sejak dari rancangan sampul depannya. Hijau laut yang lembut, disertai foto dari Rebecca yang diambil di Havana, Cuba. Foto sampul ini akan kita temui kembali di halaman 101 disandingkan dengan foto lain dari Alex Webb yang diambil di kota yang sama.
Buku dibuka dengan sebuah foto terkenal dari Alex Webb yang diambil di Nuevo Laredo, Mexico, pada 1996. Foto yang didominasi bayangan seorang ayah yang sedang menggendong anaknya itu bersanding dengan prosa liris Rebecca:
One night I see Saturn--between Ninth and Tenth
Streets--naked and luminous through the glass. You look, too:
white orb, the ring of your laughter. Floating home, you pull me
into your chest. I'm lights, mercury vapor, almost your, until
the mortal woman returns, all curves and memory, your arm ringing
my waist. A gift, this distance we've traveled so far. (RNW)
Kita merasakan kehangatan dialog duo Webb di setiap halaman. Merah bertemu merah, hijau bertemu hijau, garis diagonal kanan dibalas diagonal kiri. Permainan warna dan geometri mengasyikkan. Foto bernuansa hijau dan merah di jalanan Brooklyn yang terik dari Alex, berpadu pemandangan taman bunga dengan kembang merah merekah di atas dedaunan hijau musim panas yang diambil Rebecca di kota yang sama.
Pada beberapa halaman persandingan foto membuat kita tersenyum karena rima yang muncul hanya sepintas namun tegas, kadang ada unsur humoris dan melankolis. Seperti pasangan foto pada halaman 28 dan 29. Foto Alex dari Havana tahun 1993, bersanding dengan foto Rebecca gerombolan gagak hitam terbang di atas ladang bunga matahari yang meranggas, yang diambil di South Dakota pada 2006 . Keduanya bernuansa coklat muda, keduanya menyiratkan kesan rapuh, melepuh, tua.
Di tempat lain, foto sekelompok perempuan dalam balutan sari kuning masing-masing tengah memegang utas tali balon kuning dari Alex di India, dipasangkan dengan foto burung berbulu kuning dari Rebecca yang diambil di Cuba.
Alex Webb adalah fotografer Magnum Photos yang terkenal dengan foto-fotonya yang kompleks dari Amerika Latin dan Karibia, dan Rebecca Norris Webb, penulis puisi yang sering menjalinkan teks dan foto dalam buku-bukunya terutama dalam bukunya yang ketiga My Dakota.
Mereka pertama kali menyadari ada hubungan khusus semacam rima persajakan dalam foto-foto mereka pada 2008, ketika mereka mulai menyusun kolaborasi pertama dalam buku Violet Isle, sebuah buku tentang Cuba yang awalnya merupakan dua proyek terpisah dan perlahan-lahan melebur menjadi satu. Rebecca yang awalnya adalah seorang penulis puisi menyebut rima itu "menyimpang" , sedikit bias, tidak terang-terangan.
Alex menulis pada pengantar buku ini: "Terkadang kami mendapati bias persajakan foto-foto kami dalam warna atau geometri yang saling serupa. Pada kesempatan lain, pasangan foto kami menunjukkan sentuhan yang sama--berupa kegemaran pada sesuatu yang sureal atau mengejutkan atau momen-momen enigmatis--meskipun dalam nada yang berbeda."
Alex dan Rebecca menyusun buku ini dari koleksi tiga puluh tahun mereka berkarya. Periode ini mencakup masa-masa awal persahabatan mereka yang bermula pada 1988, hingga perkawinan mereka pada 1999, dilanjutkan buku-buku kolaboratif Violet Isle (2009) dan Memory City (2014).
Buku ini memberi penegasan bahwa yang ingin kita dapatkan dari sebuah buku bukan semata pertemuan tatapan mata kita dengan hal-hal baru. Bukan sekadar untuk mendapatkan foto dan teks yang belum pernah kita lihat dan baca sebelumnya.
Lebih dari itu, pengemasan dan penampilan, tata letak dan urutan foto, penjejeran teks dan pemiihan foto, kualitas kertas dan cetak, penjilidan, dan bahkan ruang kosongnya, secara keseluruhan menjadikan buku itu sebuah karya seni utuh untuk dinikmati. Biar pun semua teks dan gambar di dalamnya bukan sesuatu yang baru. Biar pun semua unsurnya bukan hal unik yang hanya pernah dimuat di satu buku itu.
Teks-teks selingan kadang menceritakan aspek personal perjalanan Alex dan Rebecca. Pertemuan, kematian, harapan, janji. Kolaborasi yang mereka hasilkan bagaikan sebuah puisi cinta yang tak ada habisnya.
Komentar
Posting Komentar