Mengembalikan Tradisi Seni Kitab Suci



Icon of the New Testament Trinity, courtesy of the Cleveland Museum of Art.By Cleveland Museum of Art CC0 Images
Icon of the New Testament Trinity, courtesy of the Cleveland Museum of Art.By Cleveland Museum of Art CC0 Images


Seni membaca kitab suci dengan cara dilagukan adalah tradisi yang terdapat dalam setiap agama. Seperti terlihat di dalam video ini, yang menampilkan lantunan pembacaan kitab suci Taurat, Injil, Al-Quran, dan Hindu Kaharingan yang merupakan varian lokal Hindu di Kalimantan.



Ada banyak istilah untuk seni ini, misalnya di kalangan Islam ada istilah tilawah, tadarus, dan semaan. Seni melantunkan ayat-ayat kitab suci dengan cara ini cukup dekat dan kita kenali saat ini. Tapi, tentu saja, seni membaca kitab suci tidak terbatas hanya pada penampilan yang dapat dinikmati secara indriawi, tapi juga pada tingkat intelektual, seperti tafsir. 



Melalui buku terbarunya The Lost Art of Scripture, Karen Armstrong, penulis buku-buku sejarah dan pemikiran agama terkemuka dunia, mengangkat aspek ini dan menyoroti tentang pergeseran cara pembacaan kitab suci umat beragama di era modern. Dia menulis, yang saya kutip di sini secara parafrase:

"Kitab suci pada dasarnya adalah seni performatif dan hampir selalu dipertunjukkan dalam drama ritual dan merupakan milik dunia mitos... Kitab suci pada mulanya adalah sebentuk seni aristokrat. Kitab suci dapat didefinisikan sebagai teks yang dianggap suci, tetapi sebagian besar kitab suci dimulai sebagai teks yang disusun dan ditransmisikan manusia secara lisan. Bahkan setelah kitab suci menjadi teks tertulis, orang sering menganggapnya lembam sampai ia dinyalakan oleh suara yang hidup. Sepertinya halnya not balok yang berubah menjadi alunan musik yang dapat diperdengarkan setelah dimainkan pada sebuah instrumen."


Karen berargumen bahwa kecenderungan manusia modern pada rasionalisme, literalisme, dan berpikir dengan otak kiri telah membuat agama-agama di seluruh dunia melupakan sisi mistis dan elastis kitab suci. 

Karen memperlihatkan betapa pembacaan kitab suci telah berkembang dinamis sepanjang sejarah, membantu penganut agama-agama untuk mengikuti zaman yang berubah. Namun dalam abad-abad belakangan, "kitab suci, sebentuk seni yang awalnya ditafsirkan secara imajinatif, kini diperlakukan secara rasional layaknya sains." 



Perkembangan ini kemudian bertemu dengan kecenderungan modernitas untuk mengagungkan sains dan nalar rasional, yang mendorong umat beragama untuk membaca kitab suci secara literal, alih-alih alegoris. Bukan hanya terjadi pada agama-agama samawi, Karen juga memaparkan bagaimana literalisme turut menghampiri pembacaan kitab suci pada agama Buddha, Hindu, Konfusianime dan praktik-praktik spiritual in Cina, India, dan berbagai belahan dunia.

Literalisme selanjutnya menggiring kepada dua kutub berbeda, bisa fundamentalisme atau malah skeptisisme, yang keduanya menimbulkan konsekuensi negatif pada agama apa pun. Inilah yang oleh Karen dicoba untuk diingatkan kembali kepada para pembaca modern melalui buku ini. 

Dengan menggunakan wawasan dari penemuan neurosains mengenai belahan otak kiri dan otak kanan, Karen mengajak masyarakat modern untuk lebih mengaktifkan otak kanan dalam mendekati dan menafsirkan kitab suci, sebagaimana dahulu tradisi-tradisi kuno menghidupkan kitab suci melalui seni, untuk dipertunjukkan dan dilagukan, dan menjadikan penafsiran atas kitab suci lebih responsif terhadap kondisi umat pada setiap masa. 



Penguasaan Arsmtrong atas sejarah dan pemikiran agama-agama dunia sangat impresif, membuat kita tercengang. Kedalaman argumennya barangkali membutuhkan sedikit pembiasaan dan pembacaan sumber rujukan bagi pembaca awam. Karen menyertakan glosarium yang cukup banyak untuk menjelaskan istilah-istilah teknis yang secara luwes dia gunakan dalam uraiannya.

Pembaca yang ingin menikmati tamasya ini bersama sang penulis, perjalanan yang akan dilewati sangat luas dengan kemanfaatan yang sepadan. Buku ini akan mengantarkan kita untuk memikirkan dan menggali lagi makna dan maksud kitab suci dalam perspektif yang segar. Sebuah bacaan penting bagi para pengkaji dan peminat studi agama-agama.





Komentar

  1. Really informative article and make me curious to search that book. Well done ✌️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks. It's a good book, try find one. Not sure if available in Italian.

      Hapus

Posting Komentar

Populer

Khaled Hosseini: Membebaskan Emosi Melalui Novel

Tiga Penyair Membuka Jaktent

"Memento Vivere"