Tak Perlu Serba Pasti
Di sebuah ruang tamu yang temaram, saya bersama beberapa orang teman disuguhi kopi tubruk dalam cangkir polos. Di hadapan kami seorang perempuan tua, nenek salah seorang teman dalam rombongan itu. Niat kami datang untuk bersilaturahmi, tapi karena konon sang nenek punya kemampuan membaca nasib melalui ampas kopi, teman saya memintanya untuk membaca peruntungan kami yang saat itu masih mahasiswa belum lulus tingkat sarjana.
Setelah kopi habis diminum, ampas kopi tersisa di dasar cangkir. Sang nenek mengambil satu per satu cangkir kami, memutarnya untuk menyebarkan sisa endapan kopi ke dinding cangkir, mendiamkannya sejenak dalam posisi terbalik, lalu membaca ramalan nasib melalui pola ampas kopi yang menempel di cangkir.
Saya tidak punya banyak pengalaman dalam soal ramal-meramal. Satu-satunya yang samar-samar saya ingat adalah kejadian itu, puluhan tahun lalu di Jakarta. Entah apa peruntungan saya yang terbaca oleh sang nenek melalui pola ampas kopi di cangkir saya. Saya sama sekali tidak ingat. Mungkin karena saya memang tidak berminat untuk minta diramal, dan setengah lagi karena saya tidak begitu percaya.
Saya terkenang pengalaman ini karena pada hari-hari menjelang akhir tahun seperti sekarang, banyak media memuat ramalan para cenayang dan paranormal tentang apa yang akan terjadi di tahun depan. Mereka sepertinya kebanjiran order di setiap akhir tahun, dimintai untuk melihat apa saja peristiwa penting seputar bencana alam, kematian figur publik dan selebritas, perkembangan politik di tahun depan. Di waktu-waktu lain, orang mendatangi mereka untuk meminta ramalan tentang karier jodoh maut keberuntungan kemalangan. Tak seorang pun bisa memastikan ketepatan ramalan siapa pun tentang masa depan. Tapi itu tak membuat minat orang surut untuk mencari tahu apa yang mereka akan katakan.
Meramal nasib, membaca masa depan, sudah menjadi bagian dari peradaban umat manusia sejak lama. Berbagai cara dan metode ramalan nasib menggunakan kartu, jejak pasir, bola kristal, ampas daun teh dan kopi, rasi bintang, angka, bentuk awan, api. Kita punya dorongan hasrat besar untuk mencari tahu apa yang akan terjadi di masa depan, menyibak kabut yang menyelimuti rahasia sang waktu, didorong oleh ketakutan akan ketidakpastian, atau keinginan untuk membuat segala sesuatu menjadi lebih pasti.
Kita sering merasa tidak nyaman dengan ketidaktahuan. Kita cemas menghadapi yang tak pasti. Kita menjauhinya seperti menghindar dari ular berbisa atau rasa sakit yang luar biasa. Ketidakpastian terasa seperti ancaman dalam otak kita, memunculkan respons kecemasan yang memperingatkan kita untuk memberi perhatian lebih pada satu hal itu dan menghilangkan kemampuan kita untuk berfokus pada hal lain. Perubahan yang tiba-tiba juga sering menimbulkan rasa tidak nyaman, karena elemen ketidakpastian meningkat seiring berubahnya situasi yang dihadapi dan mementahkan segala persiapan.
Kita menginginkan sesuatu yang pasti, selalu ingin tahu, dan dalam ketiadaan informasi kita dengan cepat mengisi ruang kosong ketidaktahuan dengan segala macam asumsi, prediksi dan praduga. Orang kadang rela mengeluarkan banyak biaya untuk tahu, mengurangi rasa tidak pasti, meskipun banyak fakta dan pengalaman di masa lalu menunjukkan bahwa masa depan itu secara inheren bersifat tidak pasti.
Karena itu peramalan dan prediksi tetap berkembang, baik yang profesional dan ilmiah berdasarkan sejarah, statistik, dan perhitungan matematis seperti prakiraan cuaca, pergerakan harga saham, perkiraan gempa bumi, atau kemungkinan lintasan meteor menabrak Bumi, maupun yang populer dan bersifat hiburan seperti tebak skor pertandingan dan zodiak. Tidak selalu tepat, tapi mendapatkan sedikit penyingkapan tentang apa yang akan terjadi memuaskan setengah rasa ingin tahu, memadamkan setengah kecemasan, atau sekadar membuat gembira dengan harapan.
Waktu yang telah berlalu kita lewati dalam ketidakpastian. Yang akan datang pun takkan banyak berbeda. Setidaknya itu satu kepastian yang bisa kita pegang. Kita punya banyak pertanyaan tak terjawab, keadaan yang sama-sama kita hadapi di seluruh dunia. Mustahil untuk membiarkan diri terus menerus berada dalam kecemasan dan ketakutan. Namun, tak perlu mencari ramalan tentang apa yang akan terjadi. Tak perlu mendapatkan jawaban untuk semua pertanyaan. Tantangan bagi kita adalah bagaimana agar nyaman dalam ketidaktahuan, melangkah dalam ketidakpastian tanpa kecemasan.
Setiap perubahan membawa ketidakpastian. Sebagai manusia, kita cenderung mencari kenyamanan, sehingga tidak mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya membuat kita terganggu. Bagaimana kalau kita tidak cukup mampu mengarungi lautan bergelombang dan menemukan jalan ke depan? Apalagi jika kita tidak cukup pasti ke mana kita akan menuju.
Kadang kita jatuh ke dalam jebakan perbandingan, antara apa yang kita harapkan tentang diri sendiri dan kekecewaan dengan apa yang terjadi dalam proses meraihnya. Setiap kali kita mencoba sesuatu yang baru, pasti ada rasa tidak cakap, cemas atau takut. Hanya melalui ketidakpastian ini kita bisa benar-benar belajar untuk melihat sesuatu yang baru di dalam diri kita. Bungkus ketakutan itu dalam rasa ingin tahu, hirup kegairahan dan kekhawatiran jauh ke dalam dada.
Saya ingin menutup dengan kutipan dari Rainer Marie Rilke yang mengingatkan kita untuk bersabar dengan apa pun yang belum terjawab di dalam hati kita:
"Cobalah untuk mencintai pertanyaan itu sendiri.. jangan mencari jawaban yang belum bisa diberikan kepadamu saat ini, karena kau takkan mampu menanggungnya. Hiduplah dalam tanda tanya. Barangkali kelak, suatu hari di masa depan, tanpa menyadarinya, kamu menemukan jalan menuju jawaban itu."
Tahan keinginan untuk memenuhi setiap ketidakpastian dengan ketetapan, setiap pertanyaan dengan jawaban. Dalam ruang kosong itulah kau dapatkan kesempatan untuk bertumbuh dan kejutan baru yang membuka beragam kemungkinan.
Selamat Tahun Baru!
Rilke, Rainer Maria, Live the Questions Now
Terima kasih 👍
BalasHapusReally nice and beautiful quote of Rilke. An other year of articles ✌️
BalasHapus🙌🙌
BalasHapus